Bulutangkismania's Weblog

Mei 22, 2013

Sudirman Cup 2013 : Drama Malaysia Episode Kedua

Filed under: Turnamen — bulutangkismania @ 10:00 am

logo-piala-sudirman-2013Selama penyelenggaraan turnamen beregu, bukit jalil tercatat beberapa kali pernah menjadi ‘tuah’ bagi sang tuan rumah. Kali ini Malaysia harus menelan pil pahit usai melakoni kekalahan kedua di babak penyisihan. Rapuhnya sektor tunggal putri serta kekalahan tak terduga dua nomor ganda menjadi penyebab tersingkirnya sang negeri jiran. Sementara itu mengikuti jejak Taiwan dan Jepang, Korea Selatan berhasil menundukkan sang unggulan untuk menjuarai grup B.

 

Meskipun suasana stadium tidak terlalu penuh namun jika dibandingkan dengan perhelatan di dua hari sebelumnya, hari ini pengunjung stadium putra bukit jalil mencatat rekor terbanyak. Selain faktor sang unggulan China yang menghadapi Indonesia berlangsung di sesi pertama, dukungan kepada duel hidup-mati punggawa Malaysia menjadi alasan sebagian besar penonton memadati stadium pada hari ketiga.

 

Namun kondisi tersebut sayangnya tidak berpengaruh banyak terhadap keberuntungan Malaysia. Setelah pada laga pertandingan perdana sang tuan rumah dikejutkan dengan kekalahan duo Koo Kien Keat/Tan Boon Heong serta Woon Khe Wei/Vivian Kah Mun atas para pemain Taiwan, kali ini giliran Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dan Woon/Vivian yang menjadi penyebab hilangnya dua poin yang seharusnya mampu direbut sang negeri jiran atas Jerman.

 

Chan/Goh yang saat ini bertengger di peringkat 5 dunia harus bekerja ekstra keras membendung kolaborasi Jerman, Michael Fuchs/Birgit Michels. Tampil menekan sejak awal gim pertama membuat posisi ganda Jerman lebih diuntungkan dan berada di atas angin. Perpaduan permainan menyerang dan ketrampilan memukau di depan net membuat Michael/Birgit tak tersentuh dan merebut gim pertama, 21-17.

 

Perubahan strategi yang dilancarkann Chan/Goh di gim kedua membuat pasangan Jerman terlihat tidak siap dan beberapa kali melakukan kesalahan sendiri. Permainan Goh di depan net saat membloking bola juga menyulitkan pasangan Jerman. Meskipun sempat memperkecil selisih poin 16-17, Michael/Birgit akhirnya harus mengakui keunggulan wakil Malaysia, 18-21. Gim ketiga menjadi antiklimaks bagi Chan/Goh sedangkan duet Jerman kian gencar melakukan serangan dan memperluas area penempatan bola. Tampil menekan seperti pada pola set pertama, Michael/Birgit tak terbendung untuk mempersembahkan critical point 21-17.

 

Sorak sorai gempita para pendukung Jerman terlihat hanyut dengan kegembiraan paska pertandingan ini. Hal ini mengingat ganda campuran merupakan peluang terbesar Jerman untuk mengumpulkan angka karena dua pemain senior, Marc Zwiebler dan Juliane Schenk tidak bisa ikut memperkuat timnya.

 

“Ini pertandingan yang sangat krusial bagi kita untuk dimenangkan. Kita tampil dengan kecepatan dan kontrol bola yang baik. Pertandingan tadi sangat lama dan ketat. Terlihat juga pasangan Malaysia menerapkan segala sesuatunya dengan tepat, mungkin kita hanya lebih beruntung di penghujung pertandingan,” ujar Fuchs dengan sukacita.

 

“Oh ya saya tidak bercukur hari ini. Sang pemenang tidak pernah bercukur,” ungkapnya sembari tertawa lebar dengan ekspresi luar biasa girangnya.

 

Sementara itu Goh Liu Ying yang terlihat kecewa mengakui bahwa selisih 4-5 poin hingga akhir set membuat mereka sulit untuk mengejar dan membalikkan keadaan. “Servis kami seharusnya menjadi keberuntungan namun saya tidak puas hari ini. Arah angin mungkin sedikit berpengaruh tapi kita tidak mampu berbuat yang terbaik. Kita tidak pernah berencana untuk menyerah namun senantiasa tertinggal 4-5 angka hingga poin-poin kritis membuat kita kesulitan untuk bangkit dan membalikkan keadaan,” papar Goh panjang lebar.

 

Lee Chong Wei dan duo Lim Khim Wah/Goh V Shem sembat membalikkan keadaan saat masing-masing memetik kemenangan atas Dieter Domke dan Ingo Kindervater/Johannes Schoettler. Meskipun mendapatkan perlawanan yang memaksa Chong Wei pontang panting mengejar bola dari pemain jangkung Jerman tersebut, pengalamannya sebagai pemegang peringkat satu dunia membuat Chong Wei unggul di poin-poin akhir, 21-18, 21-18. Sementara itu Lim/Goh yang menerapkan permainan cepat saat menjamu Ingo/Johannes tanpa kesulitan menyudahi perlawanan keduanya, 21-16, 23-21.

 

Selain Michael/Birgit, apresiasi juga patutu diberikan kepada bintang 23 tahun Jerman yang sebelumnya berkewarganegaraan Polandia, Olga Konon. Menghadapi Tee Jing Yi, Olga yang menjadi kunci penentu bagi timnya di partai ke-4 bermain lepas tanpa beban dan mengontrol penuh jalannya pertandingan. Dalam pertandingan berdurasi 33 menit, Olga membuka peluang bagi Jerman dengan menyamakan kedudukan atas Malaysia, 21-12, 21-14.

 

“Kecepatan dan kemampuan saya masih rendah. Saya harus mampu dan berharap bisa meningkatkannya lagi. Saya belum pernah bertemu dia (Olga) dan sama sekali tidak menyangka dirinya akan tampil sebagus tadi. Dia mengontrol penuh jalannya pertandinga,” ungkap Jing Yi yang berusaha menahan air matanya.

 

Sementara itu Olga sendiri mengakui mendapatkan motivasi dan semangat dari para pemain lain di timnya. Hal tersebut menjadi sumber energi tersendiri bagi Olga. “Saya sama sekali tidak merasa letih. Semua anggota tim sangat mendukung dan memberikan kepercayaan kepada saya sehingga saya mau memberikan yang terbaik untuk mereka. Kami memiliki semangat kebersamaan tim yang besar. Kami adalah tim yang tangguh,” sahut Olga dengan mantap.

 

Partai penentu di sektor ganda putri kembali memainkan Birgit Michels yang menggandeng juniornya, Johanna Goliszewski untuk menantang duo tuan rumah, Woon Khe Wei/Vivian Kah Mun. Permainan yang tidak hanya menguras energi ini juga menyajikan kesiapan mental antara kedua pasangan. Siapapun yang tak kuat mental pasti akan melakukan kesalahan sendiri dan menguntungkan pihak lawan. Gim pertama menjadi milik pasangan Jerman setelah tampil agresif dengan smash-smash dan potongan bola di depan net. Johanna mampu menekan pertahanan pasangan Malaysia dari area belakang sedangkan Birgit yang matang di sektor campuran menunjukkan keahliannya di depan net dengan sergapan dan drop shot yang mematikan. Vivian bahkan sempat beberapa kali terbawa emosional dan melakukan kesalahan sendiri di awal-awal set. Dominasi Birgit/Johanna membuat mereka unggul 21-16 di set pertama.

 

Stamina Birgit yang mulai menurun memaksanya untuk segera mengakhiri bola-bola cepat di depan net. Ketahanan permainan reli Birgit yang mulai menurun membuat ganda Jerman kecolongan dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Dukungan penuh penonton juga menginspirasi Woon/Vivian untuk merebut set kedua, 21-16. Pertarungan mental kembali terjadi pada gim penentuan. Rotasi yang lebih solid dari wakil Jerman membuat mereka mampu kembali menekan dan unggul dalam perolehan poin. Beberapa penempatan bola-bola unik Birgit juga menjadi senjata mematikan pasangan Jerman yang akhirnya merebut set ketiga, 21-18.

 

“Ketidakhadiran Juliane dan Marc merupakan situasi terburuk bagi tim kami. Tapi ternyata kami mampu menang, jadi jangan pernah berhenti menyerah!,” ungkap Johanna yang di turnamen beregu European Championships 2013 ini pernah berduet dengan Juliane Schenk mempersembahkan poin kemenangan Jerman.

 

Dengan hasil ini Jerman berhak untuk menemani Taiwan ke babak delapan besar dan menjadi runner up grup C. Sementara itu Malaysia harus tersingkir dini di babak penyisihan grup usai menjalani dua kekalahan secaa beruntun. Jika disimak sejarah sebelumnya, Bukit Jalil ternyata justru menjadi tempat yang ‘tidak ramah’ bagi sang tuan rumah. Tahun 2000 yang lalu, Malaysia tersingkir di babak penyisihan grup Thomas Cup. Begitupun di tahun 2010, Malaysia menelan kekalahan 3-2 atas tim Jepang.

 

Korea Jungkalkan Thailand

 

Kemenangan sempurna di hari ketiga ternyata tidak hanya dibukukan oleh China. Tim Korea Selatan sukses menjinakkan unggulan grup B, Thailand. Turun dengan kekuatan terbaiknya minus Shon Wan Ho di tunggal putra, sang negeri ginseng tetap tampil maksimal tanpa kehilangan satu poinpun. Sementara itu pada persaingan divisi 3, Ukraina dan Vietnam semakin kokoh di puncak klasemen grup.

 

Setelah tampil dominan di laga sebelumnya dan memetik kemenangan 4-1 atas Hong Kong, kali ini giliran Thailand yang dicukur oleh Korea Selatan dengan nilai sempurna 5-0. Tim negeri ginseng tersebut menurunkan formasi terbaik minus Shon Wan Ho untuk memastikan diri sebagai juara grup B, sebaliknya Thailand terlihat santai tanpa menurunkan tunggal terbaiknya, Ratchanok Intanon.

 

Ko Sung Hyun/Kim Ha Na berhasil memperbaiki kekalahan mereka di laga sebelumnya dengan menghentikan perlawanan Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam,21-9, 21-10. Sementara itu poin kedua secara mengejutkan disumbang oleh Lee Dong Keun melalui laga rubber game, 12-21, 21-9, 22-20. Menghadapi pemain Thailand, Tanongsak Saensomboonsuk, Lee tampil agresif dan minim kesalahan sendiri.

 

Ko Sung Hyun/Lee Yong Dae dan Sung Ji Hyun yang memetik kemenangan dua gim atas lawan-lawannya memberikan tambahan 2 poin untuk Korea. Maneepong/Nipitphon di sektor ganda putra dan Nichaon Jindapon di nomor putri tidak mampu membendung permainan taktis yang diperagakan wakil Korea Selatan.

 

Jung Kyung Eun/Kim Ha Na melengkapi hasil sempurna para punggawa Korea meskipun harus memerah keringat lebih banyak. Menantang Duanganong/Kunchala, tandem negeri ginseng tersebut berjibaku tiga gim selama hampir satu jam, 21-16, 17-21, 21-11 untuk kemudian memastikan kemenangan.

 

Sementara itu pada laga divisi 3, Ukraina dan Vietnam kian kokoh berada di puncak grup A dan B setelah sama-sama memetik kemenangan. Ukraina menekuk Sri Langka 4-1 begitupun Vietnam menundukkan Australia dengan skor yang sama. Kemenangan kedua Swiss atas Lithuania 5-0 membuat negara coklat tersebut tetap berada di posisi runner up grup B sedangkan runner up grup A dipegang oleh Selandia Baru yang mengantongi kemenangan kedua, 3-2 atas Turki (FEY).

 

Hasil lengkap dapat dilihat di http://tournamentsoftware.com/sport/matches.aspx?id=A573BF77-2860-4DE4-A417-7DED98403934&d=20130521

Sudirman Cup 2013 : Dejavu, Indonesia Kembali Tantang China

Filed under: Turnamen — bulutangkismania @ 9:57 am

logo-piala-sudirman-2013Baru beberapa jam pertandingan antara Indonesia versus China di babak penyisihan grup selesai dilaksanakan, hasil undian babak delapan besar kembali menempatkan keduanya untuk saling berhadapan. Catatan kekalahan telak 0-5 pada laga hari ini dengan kekuatan tim lapis kedua memaksa merah putih harus berpikir keras untuk merumuskan strategi jitu menundukkan sang juara bertahan.

 

Hasrat hati bermaksud untuk melepas tahta juara grup A dengan menurunkan para pemain lapis kedua dan berharap terhindar dari China, namun apa daya hasil undian kembali menempatkan Indonesia dengan pemegang gelar 8 kali tersebut. Dalam laga penentuan juara grup A yang berlangsung hari ini (21/5) Indonesia sempat mencuri dua gim dari para pemain China meskipun pada akhirnya harus menelan kekalahan telak 0-5.

 

Pasangan dadakan Hendra Setiawan/Angga Pratama sempat membuka peluang di gim pertama saat menghadapi pasangan senior China, Fu Haifeng/Cai Yun. Permainan drive-drive cepat keduanya di depan net serta lebih banyak berinisiatif menurunkan bola terlebih dahulu membuat ganda China tak berkembang dan menyerah 15-21. Namun konsistensi ini tak terjaga selepas paruh pertama gim kedua. Serangan yang mengendor dan beberapa kesalahan sendiri membuat Fu/Cai mendapatkan ritme permainan terbaiknya untuk balik menekan dan memaksakan rubber game, 21-15.

 

Awal gim ketiga kembali dikuasai merah putih saat mampu menerapkan permainan cepat dan menekan di depan net. Namun setelah kedudukan 8-8, Fu/Cai yang berhasil membuka permainan dan memperluas area serangan dari berbagai sudut membuat Indonesia kembali tertekan dan beberapa kali salah dalam mengantisipasi bola. Bola-bola tanggung, serangan dan belum matang dan pertahanan yang kurang solid membuat Hendra/Angga harus merelakan poin pertama bagi China, 15-21.

 
“Di gim pertama, kami bermain baik. Tapi di gim kedua, kami kaget, mereka bermain cepat. China terus memberikan tekanan. Tapi saya dan Hendra sudah berusaha maksimal,” ungkap Angga seusai pertandingan.

 

“Kami juga belum pernah bertemu dengan pasangan China ini. Mungkin karena pengalamannya berbeda. Saya menyesal tidak bisa menyumbang poin untuk Indonesia,” lanjutnya kemudian.

 

 

Aprilia Yuswandari berhasil membuka peluang kedua merah putih di sektor tunggal putri saat tampil dominan dan merebut gim pertama 21-13 dari pemain nomor satu dunia dan peraih emas Olimpiade London 2012, Li Xuerui. Namun di dua gim berikutnya, Xuerui yang sudah menemukan ritme permainan terbaiknya tak terbendung untuk membukukan kemenangan, 21-4, 21-11. Meskipun kalah, April berhasil menunjukkan semangat juangnya atas Xuerui sehingga tunggal nomor satu China tersebut harus berjuang keras untuk meraih poin demi poin.

 

“Ini pertama kalinya saya bertanding di turnamen beregu yang besar seperti ini. Sangat berbeda dibandingkan turnamen individual. Dalam event individual, saya bisa memaafkan diri saya saat menelan kekalahan namun di turnamen beregu rekan-rekan saya memberikan dukungan penuh dan hal tersebut memberikan beban untuk saya. Itu adalah motivasi sekaligus bentuk tekanan yang harus mampu saya atasi,” ujar Xuerui tentang pertandingannya.

 

Sementara itu April sendiri mengakui kesulitan melayani perubahan staregi Xuerui yang tampil lebih cepat di gim kedua. “Saya kesulitan di gim kedua. Karena di gim kedua dia mengubah strategi dengan cepat. Kurang bisa mengimbangi dia. Bola saya kurang tajam,” sahut Aprilia .
”Saya mencoba menekan di gim ketiga, tapi masih kurang, karena tekanan dia lebih kuat. Ini pertemuan pertama saya dengan dia. Dia bermain sangat cepat, jadi banyak bola-bola mematikan,” katanya menambahkan.

 

Di sektor tunggal putra, Tommy Sugiarto masih belum mampu memperbaiki catatan empat kali kekalahan atas peringkat dua dunia, Chen Long. Dalam permainan  reli berdurasi 51 menit kali ini, Tommy kembali harus mengakui ketangguhan Chen Long, 21-17, 21-11. Antisipasi dan bola-bola Chen yang lebih cepat membuat Tommy sebagian besar berada dalam posisi tertekan sehingga meskipun mampu mengimbangi permainan Chen Long, tunggal nomor 3 Indonesia tersebut tidak mampu melampaui perolehan angka yang dikoleksi Chen Long.

 

“Pada gim pertama, saya bisa mengikuti permainan dia tapi kemudian saya sering melakukan pukulan-pukulan yang kurang sabar, kurang antisipasi,” ungkap Tommy.

 

“Peringkat saya dan dia juga terpaut jauh. Di atas kertas dia juga lebih unggul. Tapi, saya sudah fokus dan berusaha maksimal. Beban karena Indonesia sudah ketinggalan tidak ada, kami hanya mencoba menampilkan permainan terbaik di semua sektor,” lanjutnya kemudian.

 

Berharap ada kejutan dari dua pasangan ganda lainnya, Indonesia justru harus kembali kecewa dan menemui jalan buntu. Kolaborasi yang kembali disandingkan, Greysia Polii/Nitya Krishinda tak mampu berbuat banyak meladeni agresivitas permainan tandem nomor satu dunia, Yu Yang/Wang Xiaoli. Kurang dari 40 menit, Greysia/Nitya menyerah 10-21, 13-21.

 

“Memang mereka kekuatannya di atas kami. Tentu ini menjadi bahan pelajaran, jika kami dipilih di perempat final nanti kalau kami masih dipercaya. Meskipun belum tahu siapa yang akan diturunkan,” ucap Greysia

 

”Dari dulu kami sudah mempelajari gaya permainan mereka (pasangan China). Tapi memang kami akui konsistensi mereka sangat baik, untuk itu kami akan berusaha semaksimal mungkin,” tambahnya kemudian.

 

“Saya pribadi menilai permainan China kuat. Mereka punya tenaga yang sangat kuat. Untuk itu, kami akan lebih melatih diri untuk bertahan. Mempersiapkan kekuatan tangan, agar bola tidak gampang mati,” Nitya ikut menimpali.

 

”Harapan saya, saya bisa tampil lebih konsisten. Dapat mengimbangi setiap lawan,” lanjut pasangan dari Anneke Feinya ini.

 

Harapan untuk mengulang performa Muhammad Rijal/Debby Susanto di turnamen All England 2013 juga tak mampu terealisasi saat keduanya kembali ditantang oleh pasangan terbaik dunia, Xu Chen/Ma Jin. Rijal/Debby yang biasanya unggul dalam permainan cepat drive-drive, potongan bola di depan net serta penemapatan tak terduga di sudut lapangan kali ini larut dalam pola yang dijalankan Xu/Ma yaitu memperluas area serangan. Bloking dan sergapan Ma Jin yang sempurna di depan net semakin menyulitkan pasangan Indonesia untuk menurunkan bola sehingga senantiasa tertekan dan tidak berkembang. Rijal/Debby akhirnya tersungkur, 13-21, 7-21.

 

“Tadi pola permainan kami di set pertama bagus. Tapi di separuh permainan mereka sudah mengerti. Kami jadi mengikuti permainan mereka dengan menekan, dan kendor sedikit. Tapi dia tidak mau ikut pola permainan kami,” papar Rijal tentang pertandingannya.

 

Beberapa jam setelah pertandingan berlangsung, kabar tak menyenangkan kembali harus diterima kubu Indonesia dari hasil undian drawing laga quarter final. Merah putih harus menjalani pertandingan ulang menghadapi China untuk meloloskan diri ke babak empat besar. Hasil ini memaksa seluruh tim untuk mengerahkan strategi terbaik agar target lolos ke semi final serta tradisi minimal semifinalis yang selama 12 kali berhasil terus dipertahankan dapat tetap terjaga. Indonesia mengalami dua krisis sejarah pada tahun 2012 yaitu hilangnya tradisi emas (bahkan medali bulu tangkis) Olimpiade serta gagalnya tim Thomas Cup mempertahankan prestasi minimal sebagai semifinalis. Akankah tahun ini diikuti dengan krisis sejarah yang ke-3?

 

Jepang Siap Cetak Rekor Baru

 

Menempati posisi non unggulan di grup D semangat yang luar biasa dari para pemain Jepang membuat mereka mampu membalikkan keadaan dan mendepak Denmark dari tahta juara. Kenichi Tago menjadi pahlawan di sektor tunggal sedangkan Takahashi bersaudara di sektor putri mengamankan dua poin untuk memastikan kemenangan Jepang. Hasil ini sekaligus membuat Jepang terhindar dari China serta membuka peluang bagi tim negeri sakura untuk mengukir sejarah baru melenggang ke empat besar.

 

Seperti yang dikatakan oleh kepala pelatih Jepang, Park Joo Bong, sektor ganda campuran merupakan yang terlemah dimiliki oleh Jepang. Namun duo Hirokatsu Hashimoto/Miyuki Maeda tidak lantas menyerah begitu saja kepada peraih perunggu Olimpiade London 2012, Joachim Fischer/Christinna Pedersen. Sempat merebut gim pertama, 21-17, Hirokatsu/Miyuki harus merelakan dua gim berikutnya setelah berjibaku lebih dari satu jam, 15-21, 18-21.

 

Tunggal nomor satu Jepang, Kenichi Tago tidak gentar menghadapi Jan O Jorgensen di pertandingan selanjutnya meskipun dari catatan empat pertemuan terakhir, Tago senantiasa menelan kekalahan. Takluk 13-21 di gim pertama, Tago berhasil memaksakan rubber dengan merebut set kedua, 21-19. Pada awal gim ketiga sempat terjadi beberapa kontroversi tentang keputusan hakim garis dan kesalahan servis yang dilakukan oleh Jorgensen. Keputusan yang tak disangka juga terjadi pada momen-momen krusial saat Tago unggul 25-24 atas Jorgensen. Saat kedua pemain mengira poin akan menjadi milik Tago namun keputusan wasit justru berpihak kepada Denmark sehingga skor kembali imbang 25-25. Beruntung Tago tidak terpengaruh dengan kejadian ini dan sukses merebut kemenangan 27-25.

 

“Ini adalah pertandingan pertama saya di turnamen ini dan saya merasa sedikit gugup. Saya tidak mampu bergerak leluasa di lapangan tapi saya sangat senang bisa memenangkan pertandingan,” ujar Tago tentang permainannya.

 

“Saya tidak memikirkan perihal menang-kalah. Menurut kepala pelatih (Park Joo Bong), target kami adalah lolos ke empat besar, namun secara personal keinginan saya adalah bertanding menghadapi Chen Long dan Lee Chong Wei,” lanjutnya kemudian.

 

Kampiun Superseries Finals 2012, Mathias Boe/Carsten Mogensen kembali membawa Denmark unggul 2-1 usai menekuk duet Jepang, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, 21-12, 16-21, 21-16. Namun Jepang kembali menyamakan kedudukan setelah Sayaka Takahashi menundukkan tunggal Denmark, Line Kjaersfeldt, 21-18, 21-15.

 

Tak mau kalah dengan prestasi sang adik, Ayaka Takahashi yang menggandeng Misaki Matsutomo akhirnya menjadi kunci kemenangan Jepang atas Denmark setelah berhasil mengandaskan duo nomor satu Eropa, Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl. Sempat tertinggal di paruh awal gim pertama hingga kedudukan 10-13, duo Jepang mampu memanfaatkan kesalahan beruntun yang dikoleksi oleh pasangan Denmark sehingga merebut kemenangan 22-20, 21-16. Keberhasilan ini sekaligus membalas kekalahan Ayaka/Misaki pada turnamen Superseries Finals 2012 yang lalu.

 

Dengan hasil ini Jepang berhak untuk menjadi yang terbaik di grup D dan mengikuti jejak Taiwan menggusur sang unggulan (kali ini Denmark) dari tahta juara. Berdasarkan hasil undian drawing perempat final, Jepang akan menantang Thailand yang menjadi runner up grup B setelah menelan kakalahan atas Korea Selatan 0-5. Siapapun dari kedua tim ini yang berhasil menang akan mencetak sejarah baru sebagai tim pertama di luar powerhouse badminton (China, Korea Selatan, Indonesia, Denmark, Malaysia) yang berhasil melenggang ke babak semifinal.

 

Sementara itu pada perseteruan divisi 2 grup A, Rusia kembali mengamankan peluangnya dengan memetik kemenangan atas Swedia 3-2 setelah sebelumnya kalah 1-4 atas Skotlandia. Meskipun tak memainkan Nina Vislova, kematangan para pemain putri dan ganda putra Rusia membuat mereka mampu memetik kemenangan tipis. Sementara itu Skotlandia masih memimpin sementara klasemen ini setelah kembali meraih kemenangan 4-1 atas Amerika Serikat. Halim Haryanto yang sempat dideutkan dengan Jamie Subandhi di sektor campuran masih tidak mampu membendung duo senior Robert Blair/Imogen Bankier, 13-21, 6-21. Satu-satunya poin Amerika Serikat di sumbang oleh Eva Lee/Paula Lynn yang menang atas Kirsty Gilmour/Caitlin Pringle, 21-11, 21-11  (FI).

Blog di WordPress.com.