Bulutangkismania's Weblog

Juni 26, 2011

Final Results Indonesia Open Premier SS 2011 : Tiga Tahun Beruntun Tanpa Gelar

Filed under: Turnamen — bulutangkismania @ 9:59 pm
Tags: , , , , , ,

Sejarah untuk kali perdana para pemain tuan rumah harus gigit jari selama perhelatan turnamen Indonesia Open sebenarnya sudah terjadi pada tahun 2007. Setahun setelahnya, kerinduan publik Istora akan gelar di kandang sendiri terobati oleh sabetan raket Sony dan Vita/Liliyana di partai puncak.  Sayangnya setelah itu paceklik gelar kembali terjadi dan kali ini dalam waktu yang lebih lama.

Impian untuk melihat para atlet tanah air bersinggasana di atas podium Istora sepertinya harus tertunda kembali setelah pada babak final tahun ini dua wakil merah putih yang tersisa tak mampu membendung kedahsyatan permainan para atlet negeri China.

Harapan untuk meraih gelar sebenarnya lebih terumpu pada duet anyar, Ahmad Tantowi/Liliyana Natsir yang dalam tiga turnamen sebelumnya mampu menjadi kampiun dan bermain cemerlang. Namun ternyata antiklimaks permainan keduanya justru terjadi di partai puncak di depan dukungan suporter Indonesia yang berharap dapat mengobati kerinduan akan raihan gelar setelah dua tahun terakhir harus rela gigit jari.

Namun keberhasilan ToLyn di tiga turnamen sebelumnya ternyata tidak menjadi jaminan bahwa keduanya mampu tampil konsisten hingga di partai final. Sempat melibas lawan-lawannya dua set langsung sejak babak pertama, ToLyn ternyata harus tersandung oleh ganda terbaik China, Zhang Nan/Zhao Yunlei (1) yang pernah mereka kalahkan pada pekan sebelumnya.

ToLyn yang berjibaku ketat sejak awal set pertama mampu mencuri momentum di akhir set ketika tertinggal 17-19 akhirnya mampu menyamakan kedudukan dan meraih kemenangan 22-20. Namun sayangnya di dua set berikutnya ToLyn gagal mengimbangi bloking-bloking yang sempurna dari pasangan China. Beberapa kesalahan sendiri yang di pertandingan sebelumnya jarang dilakukan, kali ini justru menguntungkan Zhang/Zhao untuk meraih poin demi poin dan menyudahi pertandingan ini, 21-14, 21-9.

“Mereka karena kami lebih beruntung,” komentar Zhang Nan perihal kemenangannya atas ToLyn. Sementara itu Liliyana yang sempat meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas kegagalan mereka berujar, “Mudah-mudahan ke depannya kami akan lebih siap lagi. Kami minta maaf kepada masyarakat atas kegagalan ini.”

Sebelumnya di sektor ganda putri merah putih juga sudah menempatkan satu wakilnya ke babak final. Vita Marissa/Nadya Melati yang mencoba untuk mengimbangi duet satu dunia, Wang Xiaoli/Yu Yang (1), ternyata tak mampu berbuat banyak dan kalah dua set langsung, 12-21, 10-21.

“Kita tidak pernah lepas dari tekanan, apalagi kelasnya beda jauh” ujar Vita usai pertandingan. Sementara Nadya yang sempat grogi dengan kali pertamanya tampil di pertandingan besar mengakui bahwa duo China selalu mengincar dirinya untuk meraih poin demi poin. “Saya tahu klo saya jadi incaran mereka.

Selain itu Nadya juga mengaku merasa terhormat bisa berpasangan dengan pemain dunia sekelas Vita, “Saya tahu siapa lawan saya dan berpasangan dengan pemain dunia seperti Vita memacu saya untuk lebih baik lagi.”

Dengan hasil ini dominasi China kian tak terbantahkan setelah sebelumnya berhasil memetik gelar di sektor ganda putra dan tunggal putri. Duo Fu Haifeng/Cai Yun (3) yang mengalahkan rekan senegaranya, Chai Biao/Guo Zhendong (8), 21-13, 21-12. Sedangkan gelar kedua disumbangkan oleh Wang Yihan (3) yang mematahkan ambisi ‘hattrick’ pebulutangkis muda India, Saina Nehwal (4), 12-21, 23-21, 21-14.

Pada set pertama, agresivitas Saina tak mampu dibendung oleh Yihan. Di dukung oleh ribuan penonton Istora, Saina yang terdominasi di set kedua sempat bangkit dan mendapatkan momentum ketika tertinggal 16-19 mampu berbalik unggul 20-19. Namun sayangnya beberapa kesalahan sendiri dari pengembalian Saina membuat keberuntungan akhirnya berpihak pada Yihan untuk memaksa rubber set, 23-21.

Performa Saina kian menurun di set ketiga. Pebulutangkis berusia 21 tahun tersebut hanya mampu mengimbangi Yihan hingga kedudukan 12-12. Selepasnya, Yihan mengontrol penuh jalannya pertandingan dan akhirnya menutup set ini 21-14.

“Saya merasa beruntung bisa menang di sini (Indonesia, red). Benar-benar turnamen yang melelahkan dan pertandingan hari ini sangat sulit” ujar Yihan saat jumpa pers usai pertandingan.

Chong Wei Pertahankan Mahkota

Satu-satunya sektor yang tidak melibatkan pemain China adalah tungal putra setelah wakil terakhir China, Chen Long (4) tersingkir di babak semifinal. Sektor ini akhirnya dijuarai oleh unggulan tertas, Lee Chong Wei setelah menang telak 21-11, 21-7 atas wakil Eropa, Peter Gade. Hasil ini mewujudkan impian ‘hattrick’ Lee Chong Wei serta mengokohkan kembali posisinya di peringkat satu dunia. Konsistensi tunggal negeri jiran ini kian teruji sekaligus memantapkan ambisinya untuk menjadi kampiun juara dunia tahun ini. Sepanjang tahun 2011, dari 6 turnamen yang diikutinya, Chong Wei hanya satu kali menalan kekalahan yaitu pada babak final Korea Open Premier SS 2011 atas Lin Dan.

“Jarang sekali melihat Peter menyerah. Dan hari ini saya melihat hal yang jarang tersebut” ujar Chong Wei usai pertandingan. “Saya sangat menghormati dia sebagai petarung sejati di lapangan. Dia tidak pernah menyerah bagaimanpun kondisinya” lanjut Chong Wei yang mengaku tidak terpengaruh dengan gempita publik Istora.

Sementara itu Gade mengaku Chong Wei yang memiliki kecepatan luar biasa dan variasi pukulan cukup banyak, membuatnya sulit untuk mengembangkan permainan. “Saya benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa saat menghadapinya hari ini. Variasi pukulannya dan kecepatannya benar benar luar biasa. Penampilannya jauh lebih bagus dari saya” ungkap Gade dengan nada kecewa (FEY).

Results Semifinal Round Indonesia Open Premier SS 2011 : Bertumpu Pada ToLyn dan ViNa

Filed under: Turnamen — bulutangkismania @ 7:09 am
Tags: , , , ,

Tantowi/Liliyana (4) dan Vita/Nadya akhirnya menjadi harapan terakhir publik Istora untuk meraih gelar di sektor campuran dan ganda putri usai kekalahan beruntun yang harus dialami oleh wakil merah putih di sektor ganda putra.

Pasangan ganda campuran terbaik merah putih, Tantowi/Liliyana (4) kembali berhasil menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu tandem terbaik dunia dengan memetik kemenangan dua set langsung atas wakil Eropa, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl (8). Meskipun di awal pertandingan Liliyana mengaku sempat khawatir karena bersama Nova keduanya memiliki catatan yang tidak begitu baik menghadapi duet senior Denmark ini namun kesolidannya bersama Tantowi akhirnya berhasil menepis keraguan itu dengan tampil maksimal dan memenangkan pertandingan ini.

ToLyn yang pekan ini meluncur drastis ke peringkat 2 dunia sudah tampil menekan sejak awal pertandingan dan terus mendominasi hingga menutup set pertama 21-15. Sempat lengah dan tertinggal 0-5 di awal set kedua, konsistensi ToLyn mampu membuat keduanya kembali di atas angin untuk menyudahi perlawanan Thomas/Kamilla, 21-14.

“Senang sekali bisa menang hari ini, apalagi sebagai tuan rumah,” ujar Liliyana usai pertandingan. Permainan hari ini lebih mudah dibandingkan sebelumnya meskipun di set kedua sempat tertinggal karena mereka (pasangan Denmark, red) sempat mengubah pola permainan” tambahnya kemudian.

Sementara itu pada lapangan yang berbeda dalam waktu yang nyaris berbarengan, unggulan teratas, Zhang Nan/Zhao Yunlei (1) masih terlalu tangguh untuk duo Taiwan, Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing yang pekan lalu menjadi runner up di Singapura. Meskipun mampu mengimbangi dan menepel ketat perolehan poin ganda China, Chen/Cheng akhirnya menyerah 17-21, 17-21.

Saat ditanya peluang ToLyn menghadapi ganda terbaik China ini, Liliyana mengungkakan, “Terakhir kemarin (di Singapura) kami bisa menang lawan mereka. Kita sudah mempunyai gambaran tentang permainan mereka dan kami juga suda memiliki pola untuk belajar saat menghadapi pasangan China.”

Tuan rumah kembali menambah jumlah wakilnya ke partai puncak setelah harapan terakhir lainnya, Vita Marissa/Nadya Melati (ViNa, red) kembali secara dramatis menyingkirkan unggulan ke-4 asal Jepang, Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa dua set langsung, 21-12, 21-12. Tidak hanya minim kesalahan sendiri, bloking yang sempurna dari ViNa serta beberapa penempatan yang akurat dengan gegap gempita keriuhan publik Istora memudahkan keduanya untuk terus unggul dan akhirnya menutup set ini.

“Penempatan bola-bola Vita sangat bagus. Beberapa bola-bola tingginya membuat kami sulit untuk menyerang,” ujar Mizuki dengan nada kecewa.

Sementara Vita sendiri mengaku sudah cukup paham pola permainan duo Jepang ini setelah beberapa kali sempat bertemu keduanya dengan pasangan yang berbeda. “Sudah dua kali ketemu mereka dan dua kali menang. Saat itu saya bersama Saralaee (pemain ganda Thailand, red) dan Butet (Liliyana,red). Jadi saya sudah cukup tahu.”

Di babak berikutnya, ViNa akan menemui lawan terberat di turnamen ini, unggulan teratas, Yu Yang/Wang Xiaoli. Hanya dalam tempo kurang dari 30 menit, Yu/Wang mampu mengandaskan jagoan Eropa, Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen dengan skor telak, 21-10, 21-12.

Tak Maksimal, KiNdra dan AhNa Terjungkal

Harapan untuk menyajikan final sesama ganda Indonesia di sektor putra akhirnya buyar ketika dua andalan merah putih, Markis/Hendra (7) dan Ahsan/Bona gagal menyingkirkan dua ganda terbaik China.

Harapan pertama Indonesia KiNdra yang bermain di bawah performa terbaik mereka tidak mampu menaklukkan ganda terbaik negeri tirai bambu, Fu Haifeng/Cai Yun (3). Beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan oleh KiNdra terlihat seperti antiklimaks permainan keduanya ketika berhasil menjegal kampiun All England Premier SS 2011, Mathias/Carsten di laga sebelumnya. Fu/Cai yang lebih unggul dari sisi serangan dan penempatan bola hanya membutuhkan waktu 32 menit untuk memetik kemenangan, 21-18, 21-15.

Pada partarungan semifinal lainnya, Ahsan/Bona yang harus menjamu duet Chai Biao/Guo Zhendong sempat memberikan peluang besar kepada pecinta bulutangkis tanah air ketika bermain sempurna dan tampil menekan di set pertama. Minimnya kesalahan sendiri yang dilakukan oleh AhNa mampu mengunci permainan ganda China, 21-18 di set pertama.

Namun memasuki set kedua, beberapa ‘bad call’ yang beruntun dialami oleh Ahsan membuat permaianan ganda merah putih drop dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Ahsan yang seharusnya mampu menjadi ‘motor’ pertandingan ini justru beberapa kali memberikan peluang emas bagi pasangan China untuk mengumpulkan poin demi poin. Tertinggal jauh 6-11 dan 8-15, AhNa akhirnya menyerah 21-11 di set kedua.

Kejar mengejar angka dan perseteruan hebat kembali terjadi di set penentuan. Hingga kedudukan 18-18, selisih poin antara kedua pasangan tidak pernah lebih dari 3 angka untuk kemudian terkejar dan disamakan kembali. Namun sayangnya di titik kritis ini, Ahsan kembali tak mampu bermain tenang dan beberapa kali harus memaksakan bola untuk mengakhiri permaianan. Chai/Guo dengan cerdik akhirnya berhasil memanfaatkan momentum ini untuk mengantongi tiket final serta memastikan satu gelar untuk negaranya, 21-18.

“Tadi Cuma tidak beruntung saja. Walaupun beberapa kali sempat protes, tapi kita tetap bermain fokus,” kilah Ahsan usai pertandingan.

Sedangkan Bona menganggap faktor angin ikut memperngaruhi kondisi permainan mereka di lapangan, “Kita menang angin di set pertama jadi menyerangnya cukup enak dan pertahanan mereka juga sulit. Di set kedua karena melawan angin sehingga kalah telak.”

Namun Bona mengakui bahwa ini adalah penampilan terbaik mereka selama tiga pertemuan terakhir menghadapi duet China tersebut, “Ini kekalahan ketiga kami tapi ini lebih bagus dari pertemuan sebelumnya karena kami bisa bermain rubber.” (FEY)

Blog di WordPress.com.