Tahun ini untuk pertamakalinya dalam sejarah bulu tangkis Indonesia merah putih tidak hanya terputus dari tradisi emas namun juga gagal menggondol sekeping perunggu. Sementara itu para pebulu tangkis tirai bambu tidak hanya memastikan emas-perak di sektor campuran, tetapi juga di tunggal putri.
Penampilan Tontowi yang masih labil mental bertandingnya dinilai menjadi penyebab utama gagalnya duet andalan Indonesia, Tontowi/Liliyana (ToLyn-red) untuk meraih medali. Tidak hanya terjadi ketika menantang duo China, Xu/Ma, di laga semifinal hal yang sama juga menghinggapi ToLyn ketika bersaing memperebutkan medali perunggu dengan menantang wakil Denmark, Joachim Fischer/Christinna Pedersen.
Tertinggal jauh 4-11 pada gim pertama, ToLyn yang tidak bermain pada penampilan terbaiknya, tak mampu keluar dari tekanan yang diberikan pasangan Denmark. Keduanya seringkali gagal meelakukan pengembalian bola dengan baik, beberapa kali Joachim/Christinna menghantam bola tanggung dari ToLyn. Tak mampu keluar dari tekanan bertubi membuat Indonesia harus menyerah, 12-21.
Pada gim kedua, ToLyn sebenarnya mencoba untuk bangkit. Mereka mampu mengimbangi permainan ganda Denmark dan menurangi kesalahan-kesalahan sendiri, keduanya pun memimpin perolehan angka hingga 3-0. Namun sayangnya ToLyn tak dapat mempertahankan keunggulannya, poin terus diraih Joachim/Christinna dari kesalahan-kesalahan yang dibuat ToLyn. Pasangan Denmark pun meraih lima poin beruntun dan balik memimpin perolehan angka dengan kedudukan 5-3. Setelahnya, Joachim/Chistinna kian tampil percaya diri, sebaliknya ToLyn terlihat begitu sering gagal menyeberangkan bola atau membuang bola terlalu lebar ke samping lapangan.
Saat akan jeda Interval kedua, Denmark kembali memimpin 11-4. Posisi ToLyn yang semakin terjepit membuat keduanya terlihat berat untuk menyusul saat ketinggalan 5-12. Gim kedua pun akhirnya diraih oleh Joachim/Christinna 21-12, kemenangan ini membawa mereka ke podium Olimpiade London 2012 dan berhak atas medali perunggu.
“Hari ini kami sudah berusaha mendapatkan perunggu, tetapi memang sulit. Kekalahan kemarin memang mebuat kami sedikit down, kami berusaha untuk bangkit dan fokus, tetapi malah underperformed dan banyak melakukan kesalahan, lawan sering medapatkan poin dengan mudah” kata Liliyana usai pertandingan.
Hal senada juga diakui oleh Tontowi, “Buat saya pribadi, tekanannya memang besar sekali. Apalagi ini pertandingan terakhir dan bulu tangkis belum menyumbangkan medali apapun.”
“Target emas gak dapat, perunggu pun tidak dapat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebagai atlet kami tidak mau kalah dan sudah berusaha semampu kami. Meskipun kami kecewa, kami harus menerima kenyataan ini,” ujar Liliyana.
Liliyana sebenarnya mengaku sudah dapat bermain enjoy. Empat tahun yang lalu, dia sudah pernah merasakan pressure Olimpiade bersama Nova Widianto dan meraih medali perak. Namun bagi Tontowi, ini adalah momentum Olimpiade pertamanya.
“Tontowi masih muda dan beban ini terlalu berat baginya. Pada nomor ganda campuran, peran pemain putra lebih dominan dibanding putri, kalau dia bingung dan tak dapat berbuat banyak, akan berat untuk kami,” lanjut Liliyana.
Liliyana juga bercerita sedikit tentang apa yang terjadi di lapangan pada pertandingan melawan ganda Denmark tadi. Ia mengatakan bahwa memang biasanya ia banyak berkomunikasi dengan Tontowi dan tadi sempat mengajak Tontowi untuk bermainlah se-enjoy mungkin, agar Tontowi mengerahkan seluruh kemampuannya, hasil itu belakangan.
“Karena mau bicara evaluasi atau apa juga sudah tidak bisa dilakukan di lapangan, dari pandangan Tontowi saja sudah terlihat kalau dia terbebani sekali. Gerak-gerik dan langkahnya di lapangan sudah berbeda sekali, jadi mau bahas soal teknik sudah tidak ada pengaruhnya, tidak akan masuk,” paparnya lirih.
Liliyana juga mengungkapkan bahwa dirinya dan pelatih hanya membantu dan tidak dapat berbuat banyak, karena tekanan itu ada di dalam diri Tontowi dan bagaimana dia mengatur dirinya sendiri.
“Untuk kedepannya, khususnya Tontowi, kegagalan ini bisa menjadikan ini sebagai pengalaman yang berharga. Dia masih muda, semoga di pertandingan lain atau bahkan olimpiade selanjutnya, ini tidak akan terulang lagi” tambahnya.
Tekanan bertubi yang dibebanka kepada ToLyn dituding menjadi faktor utama penyebab kegagalan mereka. Hal ini mulai dirasakan oleh pasangan andalan Indonesia ini sejak babak perempat final dan sudah mulai diterapkan sistem knock-out atau sistem gugur. Kala itu mereka harus menghadapi pasangan Jerman, Michael Fuchs/Birgit Michels.
“Kami akui tekanan sangat besar, terutama pada Tontowi. Pada saat itu semua berharap ke kami, bulu tangkis belum dapat medali menjadi suatu beban yang sangat berat untuk kami,” terang Liliyana.
Sementara Tontowi sendiri juga mengiyakan pernyataan pasangannya tersebut. Ia mengaku kalau penampilannya tidak maksimal karena besarnya tekanan untuk menang. Selama permainan ia tidak dapat berkonsentrasi.
“Saya akan menjadikan ini pengalaman. Bahwa tekanan bermain di olimpiade sungguh berbeda dari turnamen lain. Tekanannya luar biasa besar sekali,” kata Tontowi.
Teguran agak keras kepada Tontowi juga sempat dilayangkan oleh sang pelatih, Richard Mainaky saat akan memasuki gim kedua karena banyak melakukan kesalahan sendiri.
“Bukan soal kekalahannya, tetapi saya sedih melihat Tontowi yang tidak bisa keluar dari tekanan. Saya perhatikan Liliyana tidak ada masalah, tapi Tontowi yang tertekan sekali,” jelas Richard yang sempat meneteskan air mata,
“Saya tadi sempat bilang kalau dia main begini, terlihat ketakutan, lebih baik tidak usah main. Dari sini dia sempat bangkit dan leading, tapi kemudian kembali lagi di bawah tekanan,” paparnya kemudian.
“Padahal Tontowi sudah merasa percaya diri sekali selama babak penyisihan, dia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” lanjut Richard yang menilai bahwa Tontowi belum mampu mengatasi tekanan Olimpiade dan masih harus banyak belajar lagi.
Berbicara mengenai beban dan tekanan Olimpiade, dua pemain tunggal Susi Susanti dan Lee Chong Wei sepertinya layak menjadi contoh teladan. Keberhasilan mereka meraih medali merupakan bukti bahwa beban yang ada jika mampu dikontrol dengan baik dapat berbalik menjadi motivasi dan semangat bertanding yang luar biasa.
China Pastikan Dua Emas
Sukses menggondol emas dan perak sektor campuran yang akhirnya dimenangkan oleh unggulan teratas, Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan menghempas kompatriot mereka, Xu Chen/Ma Jin (2), 21-11, 21-17, sang negeri tirai bambu juga berhasil memastikan emas-perak sektor tunggal putri setelah terjadi final antara sesama pemain China.
Saina Nehwal yang diharapkan mampu membendung dominasi para pebulu tangkis putri China tidak mampu berbuat banyak ketika meladeni permainan unggulan teratas Wang Yihan untuk memperebutkan tiket ke laga pamungkas. Dalam pertandingan berdurasi 40 menit tersebut, Saina dipaksa menyerah 13-21, 13-21.
“Footwork saya kali ini tidak begitu baik. Saya merasa tidak nyaman saat bertanding,” ujar Saina usai kekalahannya.
“Saya merasa sedikit tegang dan hal tersebut mempengaruhi permainan saya,” papar Saina yang saat memasuki lapangan langsung disambut oleh para penonton India di Wembley Arena.
Meskipun gagal melangkah ke babak final, pebulu tangkis 22 tahun kelahiran Hyderabad ini masih memiliki peluang untuk menggondol medali perunggu di babak play-off. Kesempatan terakhir untuk membuat sejarah pertama bagi India di cabang bulu tangkis, Saina akan menantang tunggal China lainnya, Wang Xin (2). Kekalahan sengit 20-22, 18-21 Wang Xin atas kompatiotnya, Li Xuerui (3) kian memperjelas titik lemah Xin saat harus bertemu dengan pebulu tangkis China lainnya.
Duel klasik empat tahun lalu di partai final sektor tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 akhirnya kembali lagi terurai. Lee Chong Wei dan Lin Dan yang hingga saat ini masih menempati dua peringkat teratas di deretan nama pemain bulu tangkis dunia melenggang setelah menundukkan lawannya masing-masing. Chong Wei sukses menghempas wakil China lainnya, Chen Long (3), 21-13, 21-14 sedangkan Lin Dan menyudahi perlawanan tunggal Korea Selatan, Lee Hyun Il, 21-12, 21-10. Apakah kali ini apakah Lee Chong Wei mampu membalaskan dendam atas kekalahannya dari Lin Dan? jawabannya akan terurai pada laga final hari minggu (6/8/2012) mendatang (FI).