Bulutangkismania's Weblog

September 16, 2012

Results Semifinal Round China Masters SS 2012 : Sindhu Kalah Terhormat

Meskipun gagal menjejakkan langkah ke babak final, tunggal putri India, Pusarla Venkata Sindhu berhasil mengulang konsistensinya saat menghadapi tunggal China, Jiang Yanjiao dengan bermain 3 gim. Di sektor putra, tunggal teratas Hongkong Hu Yun berhasil membuat sejarah dalam karir bulutangkisnya dengan memastikan diri ke babak final Super Series untuk pertama kalinya.

 

Pebulutangkis putri India, Pusarla Venkata Sindhu yang membuat kejutan terbesar dengan mengalahkan peraih emas Olimpiade London 2012, Li Xuerui (2) berhasil mengulang konsistensinya saat menghadapi wakil China lainnya, Jiang Yanjiao (4). Meskipun gagal merampas tiket final dari Jiang, Sindhu sukses memaksa Jiang untuk bermain rubber set seperti yang dilakukannya pada babak delapan besar India Open SS 2012 yang lalu. Pertandingan kali ini membuat Jiang harus berpeluh dalam laga menegangkan selama 66 menit.

 

Jiang membuka gim pertama dengan langsung tampil memukau. Pukulan-pukulan cepat tak terduganya membuat Sindhu seringkali kesulitan dalam pengembalian bola. Unggul jauh 10-3 dan 14-5, Jiang menutup gim pertama dengan kemenangan 21-10.

 

Pengembalian bola-bola Sindhu di area baseline pada gim kedua ternyata berhasil meredam permainan menyerang yang diperagakan oleh Jiang. Dengan jangkaun pengembalian yang lebih luas, smash silang dan beberapa kali netting memukau, pebulutangkis peringkat 24 dunia ini senantiasa mampu mengembalikan bola-bola serangan Jiang dan tak tersentuh pada kedudukan 8-3, 11-8 hingga 14-11. Unggul dari sisi serangan dan penempatan bola, Sindhu yang terus memimpin 18-13 untuk kemudian memastikan set kedua menjadi miliknya, 21-14.

 

Kedua pemain berseteru ketat di gim ketiga. Saling memimpin dengan selisih 1-3 poin tersaji sejak awal gim ini. Meskipun Jiang mampu unggul 16-13 terlebih dulu, Sindhu berhasil menyamakan skor dan berbalik memimpin 17-16. Meskipun Sindhu kembali tertinggal 18-19, keberuntungan ternyata lebih memilih Jiang ketika tunggal ke-4 China tersebut sukses membukukan dua poin beruntun dan memastikan kemenangan, 21-19.

 

China akhirnya memastikan gelar sektor tunggal putri setelah pada pertandingan semifinal lainnya, unggulan teratas Wang Yihan tanpa kesulitan mengatasi tunggal Thailand, Sapsiree Taerattanachai, 21-13, 21-9. Penampilan antiklimaks Sapsiree ini tidak seperti yang diharapkan setelah pada laga sebelumnya mampu menang dua gim atas Liu Xin (6) dan sang kuda hitam, Minatsu Mitani.

 

Harapan India untuk memetik gelar di turnamen ini akhirnya pupus setelah wakil terakhir di sektor tunggal putra, Ajay Jayaram juga takluk dari wakil Hongkong, Hu Yun. Ajay yang di babak pertama mampu membuat kejutan dengan menyingkirkan unggulan ke-3 asal Jepang, Kenichi Tago gagal mengulang kesuksesannya dan hanya mampu bersaing hingga kedudukan 10-10 di gim pertama. Selebihnya, Hu Yun senantiasa berada di atas angin untuk kemudian memastikan tiket final Super Series perdananya, 21-16, 21-18.

 

Di laga pamungkas, Hu Yun akan menantang unggulan teratas Chen Long yang meraih kemenangan tanpa tanding atas kompatriotnya, Du Pengyu (4) (FI).

Agustus 6, 2012

Results Day 9 Badminton Olympics 2012 : Fu/Cai Lengkapi Sapu Bersih China

Duet peringkat dua dunia, Fu Haifeng/Cai Yun melengkapi dominasi China pada cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade London 2012. Menghadapi ganda Denamrk, Mathias Boe/Carsten Mogensen yang berambisi untuk menorehkan emas kedua Eropa di arena bulu tangkis sepanjang perhelatan Olimpiade, Fu/Cai tampil cemerlang dan mendominasi permainan lawan.

 

Memasuki gim pertama, Mathias/Carsten mampu mengimbangi permainan cepat Fu/Cai setelah sempat tertinggal 6-11. Perlahan Denmark mampu bangkit menyamakan kedudukan di angka 12. Namun strategi khas Fu/Cai dimana Cai Yun lebih banyak memancing dengan menurunkan bola berhasil dieksekusi dengan sempurna oleh Fu Haifeng dengan smash-smash kerasnya. Tak terkejar, Fu/Cai menyudahi perlawanan Mathias/Carsten, 21-16.

 

Pada gim kedua pertandingan berlangsung lebih seru dan ketat. Kedua pasangan saling mengejar namun Fu/Cai memetik keunggulan lebih dulu 11-9 saat jeda interval. Dari titik ini, Fu/Cai kembali tak terbendung dan sukses menjalankan strategi yang sama seperti pada gim pertama. Keduanya unggul hingga 20-14. Adu smash yang akhirnya dimenangkan oleh ganda Denmark mengubah kedudukan menjadi 15-20. Namun penempatan serangan smash yang cerdik dari Cai Yun pada lapangan kosong Mathias/Carsten menutup kemenangan wakil China, 21-15.

 

Emas ini selain mengobati kekecewaan empat tahun lalu yang dirasakan Fu/Cai saat dikandaskan oleh ganda Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan pada babak final Olimpiade Beijing 2008, juga melengkapi dominasi China dengan menyapu bersih emas di lima nomor bulu tangkis Olimpiade London 2012.

 

Sementara itu pada perebutan medali perunggu antara Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (2) dan wakil Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (4) akhirnya dimenangkan oleh Jung/Lee, 23-21, 21-10. Pasangan Korea yang masih terbebani dengan kekalahan di laga sebelumnya sempat tampil tak lepas di laga awal gim pertama. Dalam kondisi tertekan, beberapa kesalahan beruntun yang dilakukan oleh Jung/Lee, termasuk saat akan melakukan servis membuat posisi Korea tertinggal cukup jauh, 10-14 dan 13-19.

 

Namun di titik ini momentum mulai terjadi ketika kesolidan Jung/Lee gagal ditembus oleh Koo/Tan dan berbalik menjadi senjata yang menghasilkan poin demi poin. Lima angka beruntun yang berhasil dikoleksi ganda Korea memperekecil ketertinggalan mereka, 18-19. Koo/Tan sempat menambah satu poin namun pengembalian ganda Malaysia yang terlalu melebar dan penempatan bola tak terduga Yong Dae di area baseline Koo/Tan membuat kondisi imbang bagi kedua pasangan 20-20.

 

Koo/Tan mendapatkan kesempatan kedua untuk menamatkan set ini dari pengembalian melebar Jung Jae Sung, 21-20 namun permainan netting yang profesional dari Jung Jae Sung kembali menyamakan kedudukan, 21-21. Adu reli yang tersaji antara kedua pasangan yang gagal diselesaikan dengan baik oleh Tan Boon Heong di depan net serta eksekusi bola tanggung oleh Jung Jae Sung di area kosong ganda Malaysia membuat keadaan berbalik sekaligus menguntungkan duo Korea, 23-21.

 

Mampu keluar dari kondisi kritis gim pertama membuat permainan Jung/Lee menjadi lebih lepas. Keduanya langsung leading 4-0, dan 11-4 saat jeda interval. Posisi Malaysia yang tertekan membuat Koo/Tan menjadi lebih defensif dan sulit membangun serangan. Ganda Korea terus meluncur 16-5 dan 18-9 dan akhirnya menutup gim ini 21-10 sekaligus memastikan satu medali perunggu untuk Korea Selatan.

 

Dengan hasil ini China kembali sukses menjadi juara umum dengan 5 emas, 2 perak, 1 perunggu dan 1 semifinalis memperbaiki raihan medali bulu tangkis yang mereka koleksi empat tahun lalu di Olimpiade Beijing 2008, 3 emas, 2 perak, 3 perunggu dan 1 semifinalis. Sementara itu Denmark dan Malaysia yang 4 tahun lalu berada di dua posisi terbawah melejit ke posisi 2 dan 3 di bawah China pada Olimpiade tahun ini. Sebaliknya, Indonesia yang 4 tahun lalu menjadi runner up kali ini harus puas menjadi juru kunci bersama Kanada.

 

Berdasarkan data distribusi medali, Olimpiade tahun ini juga berbeda dari 4 tahun lalu karena keberhasilan para pebulu tangkis Denmark dan Rusia mematahkan dominasi wakil Asia yang menyapu bersih medali di Olimpiade sebelumnya. Berikut rekapitulasi lengkap distribusi medali cabang bulu tangkis Olimpiade London 2012 :

  1. China : 5 emas (TPa, TPi, GPa, GPi, GC) , 2 perak (Tpi, GC), 1 perunggu (TPa), 1 semifinalis (TPi)
  2. Denmark : 1 perak (GPa), 1 perunggu (GC)
  3. Malaysia : 1 perak (Tpa), 1 semifinalis (GPa)
  4. Jepang : 1 perak (GPa)
  5. Korea Selatan : 1 perunggu (GPa), 1 semifinalis (TPa)
  6. India : 1 perunggu (TPi)
  7. Rusia : 1 perunggu (GPi)
  8. Indonesia : 1 semifinalis (GC)
  9. Kanada : 1 semifinalis (GPi)

 

Sebagai perbandingan, berikut rekapitulasi distribusi medali cabang bulu tangkis Olimpiade Beijing 2008 :

1. China : 3 emas (TPa, TPi, GPi) , 2 perak (TPi, GPa), 3 perunggu (TPa, GPi, GC), 1 semifinalis (TPi)

2. Indonesia : 1 emas (GPa), 1 perak (GC), 1 perunggu (TPi), 1 semifinalis (GC)

3. Korea : 1 emas (GC), 1 perak (GPi), 1 perunggu (GPa), 1 semifinalis (TPa)

4. Malaysia : 1 perak (Tpa)

5. Denmark : 1 semifinalis (GPa)

 

Keterangan :

Tpa : Tunggal Putra; Tpi : Tunggal Putri; Gpa : Ganda Putra; Gpi : Ganda Putri; GC : Ganda Campuran (FI).

Results Day 9 Badminton Olympic s 2012 : Kali Kedua Sejarah Tertunda

Harapan publik Malaysia yang sepenuhnya berada di pundak tunggal peringkat dua dunia, Lee Chong Wei untuk mengukir sejarah emas bulu tangkis pertama bagi Malaysia akhirnya kembali harus tertunda. Menghadapi musuh yang sama seperti pada laga 4 tahun sebelumnya, Chong Wei harus menelan pil pahit justru di saat-saat poin kritis gim ketiga.

 

Empat tahun yang lalu dua pebulutangkis papan atas dunia ini juga berseteru di partai final untuk memperebutkan emas Olimpiade Beijing 2008. Kala itu, persiapan Lee Chong Wei belum sepenuhnya matang sedangkan Lin Dan begitu termotivasi untuk menang. Selain karena beratanding di kandang sendiri, final Olimpiade Beijing merupakan prestasi tertinggi yang pernah diukir sepanjang karir perjalanan bulu tangkisnya. Lin Dan memenangi partai final tersebut dengan relaif mudah, 21-8, 21-12.

 

Kali ini dengan persiapan yang jauh lebih matang meskipun sempat dilanda cedera pergelangan kaki Lee Chong Wei tetap mampu tampil gemilang hingga babak final dan mengulang kesuksesannya empat tahun lalu. Tampil dominan dengan pukulan smash maupun silang di gim pertama pertandingan yang dipimpin oleh wasit Indonesia, Sukardja Unang tersebut dikuasai oleh Chong Wei dengan memetik kemenangan lebih dulu, 21-15. Namun sayangnya dominasi itu tidak terjadi pada gim kedua ketika Lin Dan berhasil menemukan ritme permainan terbaiknya. Dalam tempo 20 menit, Lin Dan sukses memperpanjang nafasnya dengan merebut gim kedua, 21-10.

 

Pertandingan berlangsung lebih semarak dan ketat di gim ketiga. Saling mengejar angka berlangsung sejak awal hingga kedudukan imbang di angka 8, 12 dan 15. Chong Wei lebih dulu berada di atas angin ketika memperlebar selisih poin 18-16 namun mental bertanding Lin Dan yang sangat baik membuatanya mampu keluar dari tekanan dan menyamakan kedudukan di angka 18 dari beberapa penempatan Lin Dan yang tak terduga.

 

Tekanan akhirnya berbalik untuk Lee Chong Wei yang tampak tegang dan berhati-hati saat mengembalikan bola sedangkan Lin Dan justru menunjukkan body language yang lepas dan bersemangat. Lin Dan mampu berbalik unggul 20-19 usai reli panjang antara kedua pemain yang diakhirinya dengan manis melalui penempatan bola tak terjangkau di depan net. Beberapa smash keras Lin yang berhasil di kembalikan oleh Chong Wei namun pengembalian yang terlalu melebar ke belakang dan di lepas oleh Lin Dan memastikan emas ke-4 China, 21-19.

 

Hasil ini membuat Lin Dan mencatat sejarah di sektor tunggal putra sebagai pemain pertama yang menyabet emas dalam dua Olimpiade beruntun. Sedangkan di sektor putri, Zhang Ning sudah lebih dulu menorehkan namanya dengan raihan emas di Olimpiade 2004 dan 2008. Beban berat yang dirasakan oleh Chong Wei membuatnya hanya mampu tertunduk lemas di lapangan dengan menahan air mata usai pertandingan sedangkan Lin Dan mengadakan selebrasi dengan membuka baju dan membawa bendera China serta bergaya hormat khas ala tentara kepada para pendukungnya.

 

Hasil ini tidak hanya mengulang kesuksesan Lin Dan empat tahun lalu tapi juga di tempat yang sama pada Kejuaraan Dunia 2011, Lin Dan mengubur impian Chong Wei untuk merebut podium teratas yang ke-4 kalinya. Sementara itu harapan Malaysia untuk mendulang emas pertama di cabang bulutangkis kembali harus tertunda untuk kedua kalinya dan Lee Chong Wei harus puas dengan medali peraknya.

 

“Kekalahan ini mengejutkan karena saya hampir menang. Namun tiba-tiba gelar itu hilang,” papar Chong Wei.

 

“Saya melakukan kesalahan besar, namun Lin Dan mau mengambil resiko,” lanjutnya kemudian. Dalam akun twitternya, Lee juga sempat menuliskan “I’m Sorry” sebagai ungkapan penyesalan kepada para fansnya.

 

Sementara itu pada duel memperebutkan medali perunggu di laga sebelumnya akhirnya dimenangkan oleh tunggal China, Chen Long melalui laga rubber gim. Menantang wakil Korea Selatan, Lee Hyun Il, Chen Long tampil gemilang dengan smash-smash overhead dan permainan netting yang sempurna. Sebaiknya beberapa pengembalian tak sempurna dari Hyun Il membuat Chen Long unggul jauh 11-8, 17-9 dan akhirnya menutup gim pertama, 21-12.

 

Pada gim kedua, Hyun Il berhasil memaksa Chen Long untuk bermain reli yang membuat serangannya mengendur dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Memasuki paruh akhir gim ini, Hyun Il berhasil memperpanjang selisih poin dengan tampil menekan, 14-12, 18-14 dan memaksa rubber gim, 21-15. Chen Long kembali mengubah tempo permainan di gim ketiga dan lebih agresif menyerang. Permainan netting dan pukulan smash silangnya yang tak terduga membuatnya unggul 8-3 pada awal gim.

 

Reli-reli panjang yang akhirnya diselesaikan dengan baik oleh Chen Long dengan jumping smash dan cross court smash-nya membuat Chen Long terus memimpin hingga 11-5 dan 14-8. Hyun Il sempat memperekecil selisih poin 11-14 dan 13-17 dengan memanfaatkan pengembalian yang tanggung dari Chen Long dan beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan Chen Long di depan net. Namun tunggal kedua China ini berhasil memperbaiki performanya saat poin-poin kritis dengan terus tampil menekan hingga match point 20-14 dan akhirnya menamatkan gim ini lebih dulu, 21-15.

 

Prestasi ini membuat Hyun Il harus puas berada di posisi ke-4 mengulangi hasil yang diraihnya pada empat tahun lalu. Pada Olimpiade Beijing 2008, Hyun Il juga bertekuk dari andalan China lainnya, Chen Jin sehingga gagal mengoleksi medali perunggu (FEY).

Agustus 5, 2012

Results Day 8 Badminton Olympics 2012 : Zhao Yunlei, Rekor Dua Emas

Pemain bulu tangkis ganda China, Zhao Yunlei sukses membuat rekor sepanjang sejarah perhelatan Olimpiade dengan mengoleksi dua emas. Rekor sebelumnya diukir oleh Gao Ling pada Olimpiade Athena 2004 dengan 1 emas dan 1 perak di dua sektor, campuran dan ganda putri. Di partai final, Zhao yang menggandeng Tian Qing menundukkan pasangan Jepang, Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa.

 

Pada tahun 2004, pemain ganda China, Gao Ling berhasil menyamai rekor seniornya, Ge Fei/Gu Jun dengan mengumpulkan dua medali emas secara beruntun pada dua Olimpiade. Jika Ge/Gu menjadi yang terbaik di sektor ganda putri tahun 1996 dan 2000, Gao Ling yang kala itu berduet dengan Zhang Jun di nomor campuran, meraih emas Olimpiade di tahun 2000 dan 2004. Ternyata prestasi Gao Ling tidak hanya sampai disana. Gao Ling juga berhasil memecahkan rekor Olimpiade 1 emas dan 1 perak pada waktu yang sama di tahun 2004 bersama Huang Sui setelah takluk dari kompatriot mereka, Yang Wei/Zhang Jiewen di babak final.

 

Di Olimpiade London 2012 kali ini, prestasi yang pernah di torehkan Gao Ling berhasil dipertajam oleh juniornya, Zhao Yunlei. Setelah sehari sebelumnya Zhang Nan/Zhao Yunlei (1) sukses merebut emas dengan mengalahkan kompatriot mereka, Xu Chen/Ma Jin, maka pada hari ini Zhao Yunlei yang kembali turun di sektor ganda putri bersama Tian Qing berhasil merebut emas kedua dengan mengalahkan ganda Jepang, Mizuki/Reika, 21-10, 25-23.

 

Pertandingan berlangsung ketat pada gim kedua. Reli khas ganda putri yang disajikan oleh kedua pasangan beberapa kali akhirnya mampu dimenangkan oleh duet Jepang. Mizuki/Reika bahkan sempat unggul lebih dulu 11-9 pada jeda interval set kedua. Beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Tian Qing membuat pasangan Jepang mampu menempel ketat perolehan poin wakil China. Meskipun sempat tertinggal di angka kritis, Mizuki/Reika akhirnya mampu menyamakan kedudukan di angka 20. Dua kali pekuang match point bagi Tian/Zhao berhasil digagalkan oleh ganda Jepang namun mental bertanding China yang lebih baik membuat mereka tampil sebagai juara.

 

Sementara itu pada perebutan medali perunggu, duo Rusia, Valeri/Nina berhasil mematahkan perlawanan wakil Kanada, Alex/Michele, 21-9, 21-10. Meskipun medali ini merupakan buah keberuntungan dari insiden ‘drama’ yang menyebabkan diskualifikasi empat pasangan ganda putri, namun keberhasilan ini merupakan catatan sejarah tersendiri bagi Rusia yang saat ini sedang menggeliat bulu tangkisnya sebagai medali pertama di sepanjang Olimpiade.

 

“Saya kira kami mendapat keberuntungan untuk mendapat kesempatan turun dalam pertandingan hari ini,” tutur Nina.

 

“Kami melakukan hal yang baik dengan melupakan semua yang sudah terjadi dan memusatkan perhatian kepada kami sendiri dan memusatkan perhatian kepada medali perunggu. Semua berjalan dengan baik,” tambah Valeri (FI).

Results Day 8 Badminton Olympics 2012 : Korea, Perunggu Atau Tidak Sama Sekali

Di sektor ganda putra yang masih memperebutkan 2 tiket ke babak final, kejutan berhasil dibukukan oleh unggulan ke-3, Mathias Boe/Carsten Mogensen asal Denmark dengan menghempas wakil Korea Selatan, Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (2). Dalam laga menegangkan selama tiga gim tersebut, Jung/Lee akhirnya kalah mengenaskan setelah berjibaku melewati ‘deuce’ di gim ketiga.

 

Set pertama berlangsung di bawah dominasi ganda Korea. Meskipun sempat terkejar di angka 13, Jung/Lee kembali unggul dan menutup gim ini 21-17. Tidak hanya garang dalam menyerang, Jung/Lee juga unggul dalam mencover lapangan sehingga sulit untuk ditembus Mathias/Carsten.

 

Permainan ganda Denmark mulai berkembang pada gim kedua. Tidak hanya unggul di depan net, Mathias/Carsten berusaha untuk terus menekan ganda Korea setiap ada kesempatan untuk menyerang dengan smash-smash keras mereka. Denmark terus memimpin hingga memasuki angka kritis 20-17 meskipun pertandingan berjalan imbang dan ketat, pengembalian bola ‘atraktif’ Carsten yang tak terduga menutup gim kedua, 21-18.

 

Sempat tertinggal 3-6 dan 4-8 pada gim ketiga, Jung/Lee mampu menyamakan kedudukan di angka 10 dan berbalik unggul 11-10 saat jeda interval. Namun Mathias dan Carsten yang unggul dari sisi servis dan pengembalian bola berhasil menurunkan bola-bola sulit di depan net sehingga memaksa Korea untuk bermain defensif yang akhirnya dituntaskan dengan mudah oleh Mathias/Carsten. Jung/Lee sempat menyamakan kedudukan di angka 20 namun duel ketat ini akhirnya akhirnya dimenangkan Mathias/Carsten 22-20 sekaligus mengubur impian Jung/Lee ke partai puncak.

 

Sempat berurai air mata, Lee Yong Dae berkomentar, “Walaupun kami sudah mempersiapkan pertandingan ini dengan baik, ternyata lebih sulit dari yang kami perkirakan. Mereka bermain sangat bagus hari ini sedangkan kami kian bertambah nerveous selama pertandingan.”

 

“Tentu saja kami sangat kecewa tapi kami harus segera melupakan pertandingan ini dan fokus untuk pertandingan besok (play-off). Ini akan menjadi pertandingan terakhir saya dan saya berharap dapat mengakhirinya dengan catatan positif,” Jae Sung menambahkan.

 

Hasil ini membuat sang negeri ginseng yang empat tahun lalu bersama Indonesia mengumpulkan 1 emas, 1 perak dan 1 perunggu terancam pulang tanpa medali. Mengikuti rapor buruk yang ditorehkan oleh para pemain Indonesia, Jung/Lee menjadi harapan tersisa di sektor ganda setelah dua wakil ganda putri Korea terdiskualifikasi di babak penyisihan grup.

 

Peluang untuk meraih perunggu akan dilakoni oleh Jung/Lee pada babak play-off menghadapi duet Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Koo/Tan takluk atas ganda China, Fu Haifeng/Cai Yun, 21-9, 21-19, sekaligus harus merelakan tiket final kepada unggulan teratas tersebut (FEY).

Results Day 8 Badminton Olympics 2012 : India Ulangi Prestasi Indonesia

Pebulu tangkis 22 tahun asal Hyderabad, Saina Nehwal berhasil mengalungi medali perunggu pada babak play-off setelah memetik kemenangan dari wakil China, Wang Xin (2). Tidak hanya sukses mendulang medali pertamanya di ajang Olimpiade, sukses ini juga merupakan sejarah medali pertama bagi India sepanjang perhelatan bulu tangkis di ajang Olimpiade. Hasil ini membuat Saina mampu mengulangi prestasi yang ditorehkan oleh Maria Kristin empat tahun lalu di Olimpiade Bejing.

 

Pebulutangkis India, Saina Nehwal (4) berhasil mempersembahkan medali perunggu untuk India usai memetik kemenangan atas tunggal China, Wang Xin yang mengalami cedera lutut sehingga harus mundur dari pertandingan. Wang yang di gim pertama unggul 20-18 mendarat keras dengan lututnya setelah berusaha lakukan jumping smash untuk menutup gim pertama. Meskipun berhasil menang, Wang tidak bisa melanjutkan pertandingan saat kedudukan 1-0 di gim kedua karena rasa sakit yang dialaminya saat mencoba untuk berdiri.

 

“Saat ia minum dan meminta lapangan dipel, saya berpikir ia kekelahan,” ujar Saina tentang lawannya. “Ketika ia kemudian duduk saya tetap berpikir ia sangat lelah. Menyedihkan sekali ia harus mengalami hal seperti itu.”

 

Strategi yang digunakan oleh Saina untuk mengimbangi Wang Xin adalah dengan mengajak selama mungkin. Namun sayangnya di beberapa ksempatan Saina beberapa kali melakukan kesalahan sendiri. “Saya berusaha untuk bermain reli dan mengulur poin karena dia berusaha untuk mendapatkan poin secepat mungkin dengan tampil menekan,” ungkap Saina.

 

“Catatan Saina menghadapi Wang cukup bagus dan setelah mampu mengubah taktiknya, Saina berhasil membuat tunggal China berada dalam tekanan,” sang pelatih Pulela Gophichand ikut menambahkan.

 

“Memenangi medali perunggu Olimpiade tentu saja sangat luar biasa, karena saya sudah bekerja keras untuk itu. Saya gembira bisa melakukan hal ini bagi negara saya,” papar Saina.

 

“Saya rasa ini adalah impian setiap pemain. Saya menginginkan itu dan akhirnya mendapatkannya. Target selanjutnya adalah Olimpiade 2016. Saya akan bekerja keras untuk turnamen berikutnya,” lanjut Saina kemudian.

 

Dengan hasil ini Saina berhasil menjejaki prestasi yang diukir oleh pebulutangkis Indonesia, Maria Kristin Yulianti pada Olimpiade Beijing 2008 dengan satu perunggu setelah mengalahkan pebulutangkis China, Lu Lan, di babak play-off meskipun dari sisi performa Maria lebih unggul karena pada waktu itu sebagai pemain non unggulan Maria harus berjibaku menundukkan empat pemain putri papan atas dunia yaitu Juliane Schenk, Tine Baun dan Lu Lan serta termasuk Saina Nehwal di babak perempatfinal.

 

Sementara itu pada partai final antara sesama pemain China, duel akhirnya dimenangkan oleh Li Xuerui (3) melalui laga rubber gim, 21-15, 21-23, 21-17. Wang yang tahun lalu naik podium teratas Kejuaraan Dunia 2011 pada tempat yang sama sempat meneteskan air mata saat pembagian medali.

 

Dalam laga menghadapi Yihan, Xuerui sebenarnya mampu unggul jauh 15-8 dan 17-9 dengan pukulan-pukulan cepatnya di depan net pada gim pertama. Pada gim kedua, momentum juga sempat berpihak pada Xuerui yang unggul 20-19 dan 21-20. Namun mental tanding Yihan yang lebih baik dan ketenangannya menghadapi saat-saat kritis membuat Yihan mampu memperpanjang nafas hingga gim ketiga.

 

Saling mengejar angka juga terjadi pada gim ketiga. Wang sempat unggul 9-5 namun kegigihan Xuerui mampu meredam permainan Yihan sehingga unggulan teratas tersebut tidak memiliki kesempata untuk menyerang. Xuerui yang berbalik unggul 14-10 untuk kemudian tersamakan di angka 17. Keuletan Xuerui akhirnya menjadi kunci kemenangan tunggal 21 tahun ini di saat-saat kritis.

 

“Meraih emas ini adalah memonetum terbaik saya. Namun kejayaan ini bukan hanya milik saya sendiri, tapi juga tim,” ujar Xuerui.

 

“Bersama dengan rekan satu tim, kami tampil birilian dan memberikan pertandingan yang menarik bagi para penonton,” ungkap tunggal yang berprestasi mengejutkan selama tahun 2012 ini.

 

Xuerui yang menjadi pilihan di menit-menit terakhir penentuan tim Olimpiade bulutangkis China sempat kalah pamor dari tunggal China lainnya, Wang Shixian yang lebih dulu menanjak. Namun prestasinya sebagai finalis dalam 5 turnamen terakhir, 4 diantaranya merupakan juara termasuk saat mengalahkan Wang Yihan di turnamen All England SS Premier 2012 yang lalu membuat tunggal kelahiran Chongqing ini akhirnya terpilih mendampingi Wang Yihan dan Wang Xin (FI).

Agustus 4, 2012

Features Day 7 Badminton Olympics 2012 : PBSI Wajib Berbenah

Prestasi bulu tangkis Indonesia di tahun ini benar-benar dalam kondisi kritis. Tidak hanya karena miskin gelar, kegagalan yang tak terduga juga harus dialami oleh merah putih dalam kejuaraan beregu Piala Thomas-Uber 2012. Puncaknya adalah di Olimpiade kali ini, ketika terputusnya tradisi emas bulu tangkis yang sudah terjalin sejak 20 tahun yang lalu. Bahkan untuk sekeping perunggu sekalipun, merah putih harus rela gigit jari dan menjadi penonton dari keberhasilan negara-negara lainnya.

 

Akhir Mei 2012 yang lalu para mantan atlet bulu tangkis dari beberapa generasi yang pernah mengukir prestasi internasional menyampaikan petisi keprihatinan atas kegagalan prestasi Indonesia di ajang piala Thomas dan Uber 2012. Beberapa poin penting dari petisi itu diantaranya mendesak PBSI melakukan pembenahan segi struktural dan kepelatihan. Hasil tanpa medali untuk yang pertama kali di ajang Olimpade kembali membuat PBSI menjadi sorotan media dan publik Indonesia melengkapi kegagalan bulu tangkis di ajang beregu sebelumnya.

 

Ketua Umum PBSI Djoko Santoso kala itu sempat membantah tudingan para mantan atlet bulu tangkis Indonesia yang mengatakan bahwa saat ini cabang olahraga kebanggan merah putih tersebut sedang terpuruk.

 

“Prestasi bulu tangkis Indonesia tidak terpuruk lah. Kalau tidak sesuai harapan, mungkin benar,” kata Djoko saat menyikapi kekalahan tim Thomas dan Uber Indonesia bulan Mei yang lalu.

 

PBSI juga sempat menyebutkan beberapa prestasi yang mereka anggap mampu mengangkat nama bulu tangkis Indonesia, diantaranya emas Sea Games 2009 dan 2011, medali emas Asian Games 2011, kejuaraan dunia junior 2011, juara Osaka International Challenge 2012, serta juara All England SS Premier 2012, Swiss Open Grand Prix 2012 dan India Open SS 2012.

 

PBSI juga mengaku telah melakukan evaluasi dan beberapa langkah perbaikan di jajaran pengurus, atlet, pelatih dan official. Langkah perbaikan yang juga akan dilakukan antara lain, meningkatkan kedisiplinan, militansi atlet, kemampuan taktik, serta memperbaiki koordinasi pelatih dan pemain.

 

Pernyataan PBSI tersebut ditanggapi dengan rasa kecewa oleh Ivana Lie, yang ikut membidani lahirnya petisi para mantan atlet beberapa generasi usai kekalahan yang diderita Indonesia pada ajang beregu Thomas dan Uber Cup 2012 yang lalu.

 

“Turnamen yang kita juarai itu (yang disebut PBSI) jenjang kelasnya di bawah. Sea Games memang berhasil tapi tidak bisa menjadi ukuran buat kita. Ada semacam degradasi kualitas prestasi. Kita bicaranya tingkat Asia, kejuaraan dunia. Harusnya tingkat super series, kejuaraan dunia,” kata Ivana.

 

Kali ini PBSI kembali terpaksa harus menelan ludah. Kegagalan yang diderita oleh bulu tangkis Indonesia akhirnya mencapai titik puncak di ajang Olimpiade London 2012 ini ketika gagal memboyong satu medalipun.

 

Djoko Santoso kembali dintuntut oleh publik terhadap elemen organisasi yang dipimpinnnya. Ia menyatakan bahwa dirinya yang bertanggung jawab atas kegagalan sektor andalan Indonesia tersebut. “Ini kegagalan yang total. Saya yang bertanggung jawab. Saya minta maaf kepada seluruh pecinta bulu tangkis,” katanya, Jumat (03/8/2012).

 

Ia mengatakan, selanjutnya akan segera melakukan evaluasi untuk melakukan pembaruan. “Semua akan kami ubah, pengurus, pelatih, atlet, sistem pembinaan dan rekrutmen,” kata Djoko yang masa jabatannya akan berakhir tahun ini.

 

Sang legenda bulu tangkis, Lim Swie King seperti yang dikutip oleh detiksport juga mengakui ada yang salah dari sistem pembinaan saat ini. Namun hal terpenting menurutnya adalah introspeksi dan langkah ke depan.

 

“Pasti (ada yang salah). Pembinaan atau dari sistem pembinaannya, talent scouting, kepelatihan, ada banyak yang harus dilihat. Yang kita lihat jangan cuma kekalahan dan prestasi secara umum.”

 

“Saya rasa hal-hal itu perlu dilakukan perbaikan, yang penting ke depannya harus introspeksi,” lanjutnya.

 

“Tadinya harapan kita ada pada ganda campuran, yang paling mungkin meraih emas. Tapi kenyataannya tadi kalah. Selama 20 tahun kita menjaga tradisi emas, kegagalan ini menurut saya tetap mengejutkan. Tapi kita tak bisa berhenti sampai di sini, harus memikirkan bagaimana ke depannya,” tuntas Lim.

 

Sementara itu Rudy Hartono menekankan pada urgensinya regenerasi bulutangkis Indonesia. Tidak hanya dari sisi pemain namun juga pada kepengurusan PBSI selaku induk organisasi bulutangkis Indonesia.

 

“Ini kesalahan pembinaan regenerasi. Siklusnya harusnya 5 tahun sekali muncul pengganti, ini baru tepat. Kalau Indonesia sudah lebih 10 tahun tapi tidak ada regenerasi,” kritik Rudy.

 

“Ini semua karena pembinaan secara masal tidak ada, tidak berjenjang, cuma lewat klub. Perlu ada pemasalan di sekolah-sekolah. Itu sarana paling tepat untuk mendidik anak-anak usia dini. Mungkin tidak semua bisa melakukannya, tapi paling tidak kalau ada 30% saja pasti Indonesia tidak kekurangan,” lanjutnya kemudian.

 

Menyikapi soal rengenerasi di tubuh PBSI, Rudy berkomentar, “Saya itu sudah berbakti kepada PSBI sejak berhenti bermain dari tahun 1982 sampai 2008. Jadi saya rasa perlu ada regenerasi.”

 

“Saya berterima kasih untku perhatian pengamat atau siapapun (yang menjagokan dirinya), tapi saya merasa sudah cukup, biarkan ada regenerasi. Harus berani mencoba, kalau tidak mandek. (Ketua umum nanti) Harus yang benar-benar antusias, mau terbuka. Bisa dari mantan atlet, orang sipil pun bagus,” simpulnya (FEY).

Results Day 7 Badminton Olympics 2012 : Tontowi, “Tekanannya Luar Biasa Besar”

Tahun ini untuk pertamakalinya dalam sejarah bulu tangkis Indonesia merah putih tidak hanya terputus dari tradisi emas namun juga gagal menggondol sekeping perunggu. Sementara itu para pebulu tangkis tirai bambu tidak hanya memastikan emas-perak di sektor campuran, tetapi juga di tunggal putri.

 

Penampilan Tontowi yang masih labil mental bertandingnya dinilai menjadi penyebab utama gagalnya duet andalan Indonesia, Tontowi/Liliyana (ToLyn-red) untuk meraih medali. Tidak hanya terjadi ketika menantang duo China, Xu/Ma, di laga semifinal hal yang sama juga menghinggapi ToLyn ketika bersaing memperebutkan medali perunggu dengan menantang wakil Denmark, Joachim Fischer/Christinna Pedersen.

 

Tertinggal jauh 4-11 pada gim pertama, ToLyn yang tidak bermain pada penampilan terbaiknya, tak mampu keluar dari tekanan yang diberikan pasangan Denmark. Keduanya seringkali gagal meelakukan pengembalian bola dengan baik, beberapa kali Joachim/Christinna menghantam bola tanggung dari ToLyn. Tak mampu keluar dari tekanan bertubi membuat Indonesia harus menyerah, 12-21.

 

Pada gim kedua, ToLyn sebenarnya mencoba untuk bangkit. Mereka mampu mengimbangi permainan ganda Denmark dan menurangi kesalahan-kesalahan sendiri, keduanya pun memimpin perolehan angka hingga 3-0. Namun sayangnya ToLyn tak dapat mempertahankan keunggulannya, poin terus diraih Joachim/Christinna dari kesalahan-kesalahan yang dibuat ToLyn. Pasangan Denmark pun meraih lima poin beruntun dan balik memimpin perolehan angka dengan kedudukan 5-3. Setelahnya, Joachim/Chistinna kian tampil percaya diri, sebaliknya ToLyn terlihat begitu sering gagal menyeberangkan bola atau membuang bola terlalu lebar ke samping lapangan.

 

Saat akan jeda Interval kedua, Denmark kembali memimpin 11-4. Posisi ToLyn yang semakin terjepit membuat keduanya terlihat berat untuk menyusul saat ketinggalan 5-12. Gim kedua pun akhirnya diraih oleh Joachim/Christinna 21-12, kemenangan ini membawa mereka ke podium Olimpiade London 2012 dan berhak atas medali perunggu.

 

“Hari ini kami sudah berusaha mendapatkan perunggu, tetapi memang sulit. Kekalahan kemarin memang mebuat kami sedikit down, kami berusaha untuk bangkit dan fokus, tetapi malah underperformed dan banyak melakukan kesalahan, lawan sering medapatkan poin dengan mudah” kata Liliyana usai pertandingan.

 

Hal senada juga diakui oleh Tontowi, “Buat saya pribadi, tekanannya memang besar sekali. Apalagi ini pertandingan terakhir dan bulu tangkis belum menyumbangkan medali apapun.”

 

“Target emas gak dapat, perunggu pun tidak dapat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebagai atlet kami tidak mau kalah dan sudah berusaha semampu kami. Meskipun kami kecewa, kami harus menerima kenyataan ini,” ujar Liliyana.

 

Liliyana sebenarnya mengaku sudah dapat bermain enjoy. Empat tahun yang lalu, dia sudah pernah merasakan pressure Olimpiade bersama Nova Widianto dan meraih medali perak. Namun bagi Tontowi, ini adalah momentum Olimpiade pertamanya.

 

“Tontowi masih muda dan beban ini terlalu berat baginya. Pada nomor ganda campuran, peran pemain putra lebih dominan dibanding putri, kalau dia bingung dan tak dapat berbuat banyak, akan berat untuk kami,” lanjut Liliyana.

 

Liliyana juga bercerita sedikit tentang apa yang terjadi di lapangan pada pertandingan melawan ganda Denmark tadi. Ia mengatakan bahwa memang biasanya ia banyak berkomunikasi dengan Tontowi dan tadi sempat mengajak Tontowi untuk bermainlah se-enjoy mungkin, agar Tontowi mengerahkan seluruh kemampuannya, hasil itu belakangan.

 

“Karena mau bicara evaluasi atau apa juga sudah tidak bisa dilakukan di lapangan, dari pandangan Tontowi saja sudah terlihat kalau dia terbebani sekali. Gerak-gerik dan langkahnya di lapangan sudah berbeda sekali, jadi mau bahas soal teknik sudah tidak ada pengaruhnya, tidak akan masuk,” paparnya lirih.

 

Liliyana juga mengungkapkan bahwa dirinya dan pelatih hanya membantu dan tidak dapat berbuat banyak, karena tekanan itu ada di dalam diri Tontowi dan bagaimana dia mengatur dirinya sendiri.

 

“Untuk kedepannya, khususnya Tontowi, kegagalan ini bisa menjadikan ini sebagai pengalaman yang berharga. Dia masih muda, semoga di pertandingan lain atau bahkan olimpiade selanjutnya, ini tidak akan terulang lagi” tambahnya.

 

Tekanan bertubi yang dibebanka kepada ToLyn dituding menjadi faktor utama penyebab kegagalan mereka.  Hal ini mulai dirasakan oleh pasangan andalan Indonesia ini sejak babak perempat final dan sudah mulai diterapkan sistem knock-out atau sistem gugur. Kala itu mereka harus menghadapi pasangan Jerman, Michael Fuchs/Birgit Michels.

 

“Kami akui tekanan sangat besar, terutama pada Tontowi. Pada saat itu semua berharap ke kami, bulu tangkis belum dapat medali menjadi suatu beban yang sangat berat untuk kami,” terang Liliyana.

 

Sementara Tontowi sendiri juga mengiyakan pernyataan pasangannya tersebut. Ia mengaku kalau penampilannya tidak maksimal karena besarnya tekanan untuk menang. Selama permainan ia tidak dapat berkonsentrasi.

 

“Saya akan menjadikan ini pengalaman. Bahwa tekanan bermain di olimpiade sungguh berbeda dari turnamen lain. Tekanannya luar biasa besar sekali,” kata Tontowi.

 

Teguran agak keras kepada Tontowi juga sempat dilayangkan oleh sang pelatih, Richard Mainaky saat akan memasuki gim kedua karena banyak melakukan kesalahan sendiri.

 

“Bukan soal kekalahannya, tetapi saya sedih melihat Tontowi yang tidak bisa keluar dari tekanan. Saya perhatikan Liliyana tidak ada masalah, tapi Tontowi yang tertekan sekali,”  jelas Richard yang sempat meneteskan air mata,

 

“Saya tadi sempat bilang kalau dia main begini, terlihat ketakutan, lebih baik tidak usah main. Dari sini dia sempat bangkit dan leading, tapi kemudian kembali lagi di bawah tekanan,” paparnya kemudian.

 

“Padahal Tontowi sudah merasa percaya diri sekali selama babak penyisihan, dia bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” lanjut Richard yang menilai bahwa Tontowi belum mampu mengatasi tekanan Olimpiade dan masih harus banyak belajar lagi.

 

Berbicara mengenai beban dan tekanan Olimpiade, dua pemain tunggal Susi Susanti dan Lee Chong Wei sepertinya layak menjadi contoh teladan. Keberhasilan mereka meraih medali merupakan bukti bahwa beban yang ada jika mampu dikontrol dengan baik dapat berbalik menjadi motivasi dan semangat bertanding yang luar biasa.

 

China Pastikan Dua Emas

 

Sukses menggondol emas dan perak sektor campuran yang akhirnya dimenangkan oleh unggulan teratas, Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan menghempas kompatriot mereka, Xu Chen/Ma Jin (2), 21-11, 21-17, sang negeri tirai bambu juga berhasil memastikan emas-perak sektor tunggal putri setelah terjadi final antara sesama pemain China.

 

Saina Nehwal yang diharapkan mampu membendung dominasi para pebulu tangkis putri China tidak mampu berbuat banyak ketika meladeni permainan unggulan teratas Wang Yihan untuk memperebutkan tiket ke laga pamungkas. Dalam pertandingan berdurasi 40 menit tersebut, Saina dipaksa menyerah 13-21, 13-21.

 

Footwork saya kali ini tidak begitu baik. Saya merasa tidak nyaman saat bertanding,” ujar Saina usai kekalahannya.

 

“Saya merasa sedikit tegang dan hal tersebut mempengaruhi permainan saya,” papar Saina yang saat memasuki lapangan langsung disambut oleh para penonton India di Wembley Arena.

 

Meskipun gagal melangkah ke babak final, pebulu tangkis 22 tahun kelahiran Hyderabad ini masih memiliki peluang untuk menggondol medali perunggu di babak play-off. Kesempatan terakhir untuk membuat sejarah pertama bagi India di cabang bulu tangkis, Saina akan menantang tunggal China lainnya, Wang Xin (2). Kekalahan sengit 20-22, 18-21 Wang Xin atas kompatiotnya, Li Xuerui (3) kian memperjelas titik lemah  Xin saat harus bertemu dengan pebulu tangkis China lainnya.

 

Duel klasik empat tahun lalu di partai final sektor tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 akhirnya kembali lagi terurai. Lee Chong Wei dan Lin Dan yang hingga saat ini masih menempati dua peringkat teratas di deretan nama pemain bulu tangkis dunia melenggang setelah menundukkan lawannya masing-masing. Chong Wei sukses menghempas wakil China lainnya, Chen Long (3), 21-13, 21-14 sedangkan Lin Dan menyudahi perlawanan tunggal Korea Selatan, Lee Hyun Il, 21-12, 21-10. Apakah kali ini apakah Lee Chong Wei mampu membalaskan dendam atas kekalahannya dari Lin Dan? jawabannya akan terurai pada laga final hari minggu (6/8/2012) mendatang (FI).

Blog di WordPress.com.